Oleh: Muhammad Eka Hidayatullah
ABSTRAK
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh setiap pemimpin negara. Keanekaragaman tanaman pangan di suatu negara yang dikelola dengan bijaksana diharapkan dapat memberi kontribusi yang bermakna terhadap kebutuhan bahan makanan pokok rakyatnya. Dan sebaliknya jika kehadirannya tidak mendapat perhatian yang semestinya maka akibatnya tidak dapat berguna dalam usaha untuk ikut menanggulangi kelaparan dunia. Ketersediaan produksi padi-padian dunia terutama di negara negara miskin dan sedang berkembang telah terbukti tidak dapat mengimbangi pertumbuhan pertumbuhan di negara-negara tersebut. Sementara di negara negara maju produksi mereka selalu melebihi kebutuhan. Terhadap kenyataan ini usaha-usaha nyata pada saat sekarang harus digalakkan dalam rangka menanggulangi kemungkinan terburuk terjadinya difisit padi-padian secara global.
Tanaman-tanaman lokal Indonesia seperti waluh, jagung, pisang, dan ketela rambat adalah sumber utama karbohidrat dapat dimanfaatkan untuk memenuhi defisit beras yang dapat mengancam stabilitas pangan dunia. Tanaman pangan tersebut tersebar di hampir seluruh lokasi di Indonesia dan mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah baiknya dengan produk asing. Dengan sumber karbohidrat yang bagus, Cucurbita moschata juga mempunyai kandungan Betakarotin yang tinggi. Jenis jagung pulut di NTT juga menjajikan kualitas yang baik seperti sweet corn. Demikian juga pisang lokal kita juga mengandung asam folat yang hampir menyamai kandungan buah kiwi. Ipomoea batatas dengan beragam kultivarnya telah memberikan gambaran betapa indahnya struktur exin pollennya yang luar biasa.
Pendekatan morfologi yang dipadu dengan
molekuler (enzim) telah memberikan petunjuk bahwa kemiripan bentuk yang
hampir tidak dapat diatasi dengan data morfologi ternyata telah mampu
dibuktikan secara molekuler berdasarkan pola pita yang terekspresi. Dengan
demikian produk tanaman pangan lokal Indonesia, tidak hanya menarik karena
kandungan gizinya yang dapat berguna dalam mendampingi prospek kesulitan
padi-padian di masa mendatang tetapi juga menyimpan rahasia bernilai ilmiah
melalui pendekatan molekuler dan optik modern.
Pendahuluan
Dunia terus menghadapi tantangan berat dalam menyediakan pangan untuk masyarakat dunia. Secara global di perkirakan sekitar 1 miliar orang yang megalami kekurangan gizi, di masa depan produksi pangan akan di pengaruhi oleh jumlah penduduk yang akan di perkirakan semakin meningkat di banyak Negara, ini akan menjadi sebuah tantangan bagi dunia dalam menjaga ketahanan pangan global. (Kummu M. et al., 2012). Krisis pangan dunia merupakan malapetaka yang membuat negara-negara didunia harus berfikir ekstra keras untuk mengatasi persoalan ini. Kerja sama antara negara-negara di dunia karena dipicu oleh kenaikan harga pangan dan kekhawatiran akan terjadinya bencana kelaparan yang mengiringinya akibat menurunya daya beli bahan pangan yang cenderung terus meningkat dan langka. Secara mendasar krisis pangan dunia terjadi akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia yang tidak di dukung oleh produksifitas pertanian, selain itu faktor yang menimbulkan terjadinya krisis pangan dunia adalah di akibatkan oleh beralihnya lahan pertanian atau lahan persawahan menjadi lahan indutri, padahal lahan adalah menjadi sektor utama dalam meningkatkan produksi pangan, selain itu kekurangan lahan akan menibulkan kurangnya mata pencaharian para petani (Dian E. T., 2008).
Akibat pertambahan penduduk yang cukup drastis memberikan implikasi yang cukup serius seperti yang di sebut dalam paragraph di atas yaitu berkurangnya lahan pertania yang di gunakan untuk produksi pangan, hal ini dapat di lihat penurunan yang cukup signifikan dari luas lahan pertania, tercatat dari tahun 1990-1993 dimana perorang rata-rata memanfaatkan 0.23 ha dan saat ini hanya lebih kurang 0,11 ha dan di perkrakan akan mengalami penurunan hingga sampai 0,08 ha di tahun 2030 (Suranto, 2008). Pertumbuhan penduduk di negara-negara maju sperti jerman, jepang dan italia memperlihatkan angka yang cukup relative rendah di bandingkan negara-negara yang berkembang menunjukan angka yang cukup tinggi. Perkembangan penduduk yang cukup pesat ini akan di perkirakan mencapai stengah miliar manusia di cina pada pada tahun 2030 demikian juga negara-negara seperti pakistan dan india memperlihatkan dan ikut menyumbangkan junlah penduduk yang cukup tinggi pula. Selain dari negara-negara yang sudah di sebutkan tadi ternya negara kita (Indonesia) juga di proyeksikan akan mempunyai jumlah penduduk sekitar 307 Juta. Tahun 1950-an hampir semua negara di dunia yang berstatus negara masih belum maju dan maju hampir tidak ada yang mengalami krisis pangan. Bahkan Indonesia pada tahun 1984-an swasembada pangan. Begitu juga di tahun 1990-an namun ada beberapa negara mengalami kekurangan pangan tapi hanya terkonsentrasi di negara-negara Asia misal india, china, banglades dan negara-negara Afrika (Suranto, 2009).
Krisis pangan global tersebut terjadi karena masing-masing negara, tidak berdaulat atas pangan. Kedaulatan pangan merupakan hak setiap bangsa atau masyarakat untuk menetapkan pangan bagi dirinya sendiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa menjadikannya subyek berbagai kekuatan pasar internasional. Kondisi ini merupaka kondisi yang di sebut sebagai krisis pangan yang sanggup membuat banyak masyarakat dari sebuah negara mengalami kelaparan hebat. Krisis pangan ini memicu kekawatiran dari Negara-negara keya. Kekawatiran ini terungkap saat konferensi pers di washington tahun 2008. Karena krisis pangan tersebut dapat mengancam situasi geopolitik secara global. John Walton pun mengatakan bahwa kelaparan dan krisis pangan akan melahirkan serangan terhadap globalisasi dan pasar. Sehingga Bulan oktober marupakan bulan pangan sedunia yang harus selalu di ingat oleh setiap manusia yang hidup di bumi. (Jokolelono E., 2011).
Hari pangan sedunia (HPS) diperingati setiap tanggal 16 Oktober. HPS di peringati agar menjadi media dalam meningkatkan pemahaman masyarakat dunia tentang kepedulian dan menggalang kerjasama antar pihak-pihak yang terkait dalam neningkatkan sinergitas dalam penaganan krisis pangan dunia dan juga mengingatkan kembali bahwa perwujudan ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan bagi keberlanjutan peradaban manusia. Sebagai memperkuat katahanan pangan di perlukan sinergi dan kemitraan antara pemangku kepentingan bersama dengan terbentuknya kebijakan dan program aksi yang dapat dilakukan (Hidriyah S., 2012).
Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan global. Indonesia telah menandatangani Letter of Intent (LOI) dengan FAO pada bulan Maret 2009 sebagai usaha atau bentuk dukungan terhadap berbagai program untuk meninkatkan ketahanan pangan global dan pembangunan sector pertanian negara-negara lainnya, terutama dalam kerangka kerjasama selatan-selatan (South-south Cooperation), kerjasama teknis negara-negara berkembang (KTNB/ TCDC) dan pencapaian tujuan dari MDGs. Setelah indonesia menandatangani LOI ini menjadi pengharapan akan semakin di perkuat partisipasi indonesia dalam membantu menjaga kestabilan dan peningkatan pertanian di Negara-negara berkembang terutama di negara-negara asia pasifik dan afrika yang telah berjalan sejak tahun 1980 (Lemhanas RI, 2013).
Karbohidrat merupakan sumber energy bagi tubuh untuk melakukan aktifitas sehari, pasokan karbohidrat dari luar dapat di peroleh bahan pangan yang di konsusmsi dan untuk memenuhi sumber karbo hidrat indonesia semakin bergantung pada beras. Pencapain swasembada beras pada tahun 1984 telah membuat pola konsumsi pokok pangan beras meningkat mencapai 81,1% berlanjut hingga tahun 1999. Sementara, konsumsi jagung hanya 3,1% dan ubi kayu 8,8%. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 113,72 kg/ kapita/tahun dan angka tersebut melebihi angka ideal PPH (Pola Pangan Harapan) yaitu: 87 kg/kapita/tahun (Aini N., 2013)
Sumber pangan alternative lokal Indonesia.
Padi merupakan bahan pangan yang sangat diperlukan oleh dunia terutaman di indonesia sebagai negara yang menjadikan padi adalah makanan pokok, melebihi kentang , jagung, gandum dan serealia lainnya. Tanaman ini di pertimbangkan sangat penting adanya karena padi merupakan pangan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Widiyanti, Suranto & Sugiyarto, 2009). Namun seiring perkembangan global, pangan utaman seperti padi ini mengalami kekurangan sangat drastis. Menurunya ketahanan pangan seperti ini harus di carikan solusinya yaitu menjadikan pangan non beras seperti waluh, jagung, pisang, dan ketela rambat sebagai pangan alternative yang mengandung karbohidrat dan menjadi sumber pangan alternative bagi masyarakat dunia.
Program pemerintah indonesia dalam melakukan swasembada karbohidrat dengan memanfaatkan pangan non berasa seperti waluh, jagung, pisang, dan ketela rambat merupaka komoditas tanaman yang menjadi sumber karbohindarat cukup tinggi bahkan setara dengan beras. Dari berbagai tanaman non beras tadi bisa menjadi pangan potensial di indinesia. Dalam usaha penganekaraman pangan non beras ini yang di dukung oleh inpres No. 20 1979 yang sudah mulai di perhatikan oleh para peneliti. Pemerintah maupun para pengusaha. Sumber bahan pangan tersebut memberikan harpan baru dalam perkembangan ketahanan pangan, disamping sebagai bahan pangan juga sebagai sumber karbohidrat cukup tinggi, juga bisa di sejajarkan dengan tepung beras dan terigu sehingga dapat di gunakan dalam diversifikasi pangan sumber kalori dan juga dapat di jadikan sebagai bahan baku industri (Simanjuntak D., 2006)
Waluh/Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Sebagai Sumber Pangan Alternatif.
Waluh/labu kuning (Curcurbita Moschata Duch) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang menjadi bahan makanan cukup murah dan dapat dijangkau oleh kantong masyarakat biasa. Labu kuning ini adalah salah satu sumber pangan alternantif yang cukup baik karena dapat dijadikan pengganti karbohidrat dari tepung terigu sebagai sumber pokok karbohidrat (Anam C. & Handajani S., 2010).
Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucubita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita mixta, Cucubita moschata Duchenes, dan Cucurbita pipo L. Kelima spesies cucurbita tersebut di indonesia disebut labu kuning (waluh) karena mempunyai ciri-ciri yang hampir sama. Labu kuning dapat di klasifikasikan : Divisi : Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Cucurbitales, Familia : Cucurbitaceae, Genus : Cucubita Spesies : Cucubita moschata Duch (https://ccrcfarmasiugm.wordpress.com).
Cucubita moschata memiliki manfaat yang cukup banyak dan potensi gizi yang cukup banyak pula. Sumber Ca, P, Fe, vitamin C, dan A. cukup banyak kandungan yang di hasilkan oleh labu kuning atau di sebut waluh ini, selain itu juga mengandung banyak kalori dan kratenoid yang cukup tinggi terutama pro vitamin A, dan karoten(misalnya β-karoten). Kandungan kalori Setelah matang lebih 50 kkal per 100 gram. Kadungan terbesar kalori dari biji labu kuning ini mencapai 550 kkal per 100 g biji segar. Selain menjadi sumber alternative sebagai pangan yang mengandung karbohidrat juga berfungsi sebagai manfaat bagi kesehatan yang cukup efektif misalnya pada biji labu memiliki aktifitas secara farmakologis sebagai anti diabetik, anti fungal, anti bakteri, dan memiliki aktifitas anti inflamatori, efek antioksidant, dan mencegah pertumbuhan, dan mereduksi ukuran prostate (Suwanto, 2014). Jelas ini sangat bermanfaat sekali sebagai pengganti bahan pangan pokok seperti beras, karena waluh/labu kuning ini memiliki banyak sekali metabolit primer dan juga metabolit sekunder, potensi ini sebagai sumber pangan fungsional.
Jagung (Zea mays ssp. mays) Sebagai Sumber Pangan Alternatif.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan) Familia : Graminaceae Genus : Zea Species : Zea mays ssp. mays (Ristek RI, 2000).
Salah satu alternative dalam mengatasi krisis pangan yaitu dengan melalui diversifikasi pangan, dalam upaya ini jagung merupakan salah satu alternative terbaik. Jagung merupakan sumber karbohidrat yang mudah di jangkau oleh keuangan masyarakat sehingga dapat di kembangkan mejadi bahan makan pokok pengganti beras. Hal ini bertujuan untuk mengenksplorasi sumber bahan baru selain beras dan gandum yang di gunakan sebagai pangan pokok yang bersal dari pangan lokal. (Aini N., 2013)
Selain sumber karbohidrat dan protein yang sangat penting bagi masyarakat di Indonesia, jagung juga memiliki kandungan kratenoit dan fenolik dan sangat banyak fariasi genetik dari masing-masing senyawa ini pada kultivarnya. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menciptakan peluang dalam menciptakan genotip jagung dengan sifat yang lebih baik yang berkaitan dengan kesehatam masyarakat (Lopez-Martinez L. X., 2015). Dapat kita lihat jangung memiliki kekayaan serat cukup tinggi yang di butuhkan oleh tubuh manusia asam lemak esensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten (provitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya. Pangan yang memiliki potensi untuk pengganti beras mulai dikembang, karena permintaan yang cukup tinggi terkait kesadaran masyarakat mengenai kesehatan (Suarni & Muh. Yasin, 2011).
Pisang (Musa spp) Sebagai Sumber Pangan Alternatif.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa spp (Ristek RI, 2000).
Pisang (Musa spp) merupakan tamana yang tumbuh di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, ini merupakan hasil keberlimpahan tanaman buah di dunia baik dalam produksi maupun perdagangan, itu jauh melebihi tanaman jeruk sekitar 37 x per tahun untuk produksi dan untuk perdagangan sekitar 10 x ton pertahun. Pisang memiliki banyak manfaat, seperti pisang raja bila telah matang banyak sekali mengandung proporsi Pati (10-25% berat segar). Pisang berasala dari daerah tinggi curah hujan torpis dataran rendah di asia tenggara dan telah menyebar ke daerah lain di dunia dalam tahun 2000.( Daniells J.W., 2003).
Pisang bisa di jadikan sebagai sumber bahan pangan alternative karena selain mengandung karbohidrat (pigmen kuning-orange) pisang juga bisa bertindak sebagai pangan fungsional yang banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti karatenoid yang memiliki efek untuk menigkatkan kekebalan, kanker, penyakit jantung, dan katarak, banyak sekali penelitian yang menjelaskan tentang pigmen ini. Sebagai contoh Setiawan B., et., al (2001) yang meneliti kandungan kratenoid dari 18 buah-buahan termasuk pisang (Musa x paradisiaca L.) yang bisa di konsumsi di jawa barat Indonesia (Pereira A. & Maraschin M., 2015).
Pisang dan pisang raja menjadi komponen yang paling penting dalam mensatabilkan ketahanan pangan terutama di negara-negara yang ekonominya rapuh telah memberikan sumbangsinya. Banyak penelitian dan pengembangan komersial telah di infestasikan untuk menciptakan tanaman yang berkualitas seperti pisang sebagai pangan alternatif (Thompson A.K. 2011).
Ketela Rambat/Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamk.) Sebagai Sumber Pangan Alternatif.
Ketela rambat/ubi jalar merupakan salah satu tanaman lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Di Jawa Barat, ubijalar memiliki keragaman genetik yang tinggi. Jenis ubi madu merupakan salah satu varietas lokal dengan penanaman spesifik wilayah (Roosda A. A., et al., 2013). Ini adalah adalah bahan pangan local yang berpotensi sebagai sumber pangan alternativ.
Ketela Rambat/ubi jalar (Ipomoea batatas Lamk.) di klasifikasikan menurut. Steenis (1987) dalam (Wahyuni D. 2015). Kingdom : palantae, Devisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas : Dokoteledoneae, Ordo : Tubivlorae, Sub Ordo : Convolvulineae, Vamili : Convolvulineae, Genus : Ipomeae, Spesies : Ipomoea batatas Lamk. (ubijalar). Ubi jalal memiliki banyak sekali kandungan kimi yang bermanfaat dalam hal sumber energy dan kesehatan manusia diantaranya adalah energy, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, air, kalsium, fosfor, natrium, kalsium, niacin, vitamin A (IU), vitamin B1 (mg), vitamin B2 (mg), vitamin C (mg). jika di jadikan sebagai pangan pangan alternatifakan menjadi sumber energy juga sekaligus sebagai sumber kesehatan bagi manusia (Wahyuni D. 2015).
Pendekatan Morfologi Dan Molekuler (Pola Pita Isozim)
Pendekatan morfologi untuk mengetahui keragaman adalah hal yang penting karena pendekatan secara morfologi membuat membantu mengetahui ciri-ciri secara fisik dank has dari jenis tanaman sehingga dapat di identifikasi dengan mudah, Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan mengenai hubungan fenetik antar organisme melalui pendekatan morfologi sangat perlu dilakukan mengingat karena karekter dari pada tingkat morfologi adalah karakter yang melekat erat pada tubuh tanaman sehingga dengan cepat mendapatkan data (Rukmana C. H. et al. 2014).
Pendekatan molekuler juga dimaksudkan untuk mengetahui rahasia secara molekuler atau keunikan tanaman. Pangan alternative bukan hanya sebagai pengganti bahan pangan, namun bisa memberikan data yang ilmia sehingga berikutnya dapat di kembangkan ke arah yang lebih baik lagi. isozim digunakan sebagai ciri genetik untuk mempelajari keragaman individu dalam satu populasi, klasifikasi jenis tanaman, identifikasi kultivar dan hibridnya. Metode ini telah banyak di mafaatkan oleh pemuliaan tanaman dalam mengindetifikasi sampai ke tingkat varietas karena memiliki kelebihan di antaranya mudah dilakukan dan membutuhkan bahan dalam jumlah sedikit (Suwanto, 2014)
Potensi Pangan Lokal Indonesia Untuk Pangan Dunia
Indonesia memiliki kekayaan alam cukup tinggi, di sebut sebagai mega biodiversitas karena kekayaan alamnya yang melimpah, menjadi nomor dua setelah brazil. Di hadapkan dengan krisis pangan dunia membuat indonesia sebagai negara berkembang harus melakukan impor beras besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pokok, akan tetapi indonesia telah melupakan bahawa bahan pangan alternativ yang lebih tinggi karbohidratnya dari beras. Namun karna beras sudah menjadi bahan pokok dari dulu, menjadikan masyarakat indonesia sulit beralih pada bahan pokok alternative lain seperti waluh, jagung, pisang, ubi jalar. Penyebaran dari tanaman lokal ini sangat banyak di indonesia bahkan hampir di setiap daerah memiliki keberlimpahan dari tanaman lokal ini.
Indonesia dalam memenuhi ketahanan pangan dunia haruslah mengoptimalkan potensi pangan lokal seperti waluh, jagung, pisang, ubi jalar. Contohny di indonesia produksi jagung sebagai bahan pokok terdapat pada urutan ke-3 setelah padi dan ubi kayu. Produksi jagung nasional dapat dilihat pada tahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan yaitu sebesar 11.609.403 pada tahun 2006, tahun 2007 sampai 13.287.527 ton, tahun 2008 mencapai 15.860.299 ton, dan tahun 2009 mencapai 17.041.215 ton serta 18.327.636 ton pada tahun 2010. Produktivitas jagung pada tahun 2008 mencapai 40 – 42.3 kuintal/ha dan sasaran pada tahun 2009 naik menjadi 44.12 kuintal/ha, dengan produksi 18 juta ton. Hanya dengan ini saja indonesia di perkirakan akan mampu menyumbangkan bahan pangan lokalnya untuk ketahanan pangan dunia, di samping itu tenaga kerja pertanian saat ini lebih dari 43 juta orang masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. aplagi semakin berkembangnya riset dan teknologi pangan yang telah menghasilkan berbagai varietas tanaman pangan yang tahan terhadap kondisi tidak optimal namun tetap berproduksi tinggi. Jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar dalam negeri yang potensial bagi produk-produk pertanian yang dihasilkan petani, ini kan mampu menyumbang devisa negara dan tidak perlu mengimpor beras lagi.
Kesimpulan
Untuk mengatasi turunayan ketahanan pangan dunia harus didukung oleh seluruh Negara di dunia dengan membangung hubungan sinergitas saling ketebukaan infor masi dan ilmu pengetahuan terkait pengolahan pangan lokal masing-masing negara.
Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang tinggi memiliki pangan alternativ seperti waluh, jagung, pisang, ubi jalar yang cukup evektif dalam mamenuhi pangan dalam negeri maupun untuk meyumbangkan untuk ketahanan pangan dunia.
Selain sebagai bahan pangan yang memiliki kadungan karbohidrat waluh, jagung, pisang, ubi jalar juga bisa di gunakan untuk menjadi pangan fungsional yang memilki banyak sekali manfaatnya dalam kesehatan.
Pendekatan morfologi dan pola pita isozim telah memberikan data yang cukup banyak sehingga dapat dipelajari keragaman individu dalam satu populasi, klasifikasi jenis tanaman, identifikasi kultivar dan hibridnya serta menyimpan rahasia bernilai ilmiah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimaksi kepada Prof. Dr. Suranto, M.Sc,. Ph.D. selaku dosen penulis yang telah memberikan masukan dan telah mengarahkan dalam penilisan makalah ini sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Arahan ini insya allah akan bermanfaat dalam penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anam C & Handajani S. 2010. Dry
Noodle Pumpkin (Cucurbita Moschata) With Antioxidant And Natural Dye. Caraka Tani XXV
No.1 (72)
Aini. N.
2013. Teknologi fermentasi pada tepung jagung. Graham ilmu.
Yokyakarta.
Cahyono E. 2005. WTO dan sitem pangan
dunia : suatu pendekatan serikat dunia. International Union Of Food
Agricultural, Hotel, Restaurant, Catering Tobako And Allied Works Assiation.
Dahlia S. 2006. Pemanfaatan Komoditas Non
Berasdalamdiversifikasi Pangan Sumber Kalori. J. Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian. 4:1(45-54)
Dian E. T. 2008. Krisis Pangan Dunia :
Revitalisasi Neo-Fungsionalisme?. Kompas cetak, Rabu, 7 Mei 2008
Daniells J.W. 2003. Bananas
and plantains. Scienc direck. encyclopedia of food sciences
and nutrition (second edition), 372-378
Jokolelono E. 2011. Dan ketersediaan pangan. Media
litbang sulteng 4(2) : 88 – 96
Kummu M., Moel H. D., Porkka M. S.,
Siebert, Varis O., Ward P.J. 2012. Lost Food, Wasted Resources: Global Food
Supply Chain Losses And Their Impacts On Freshwater, Cropland, And Fertiliser
Use. Science of the Total Environment. 438:477–489
Lemhannas RI. 2013. Meningkatkan
Produktivitas Pertanian guna Mewujudkan Ketahanan Pangan
dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 15: (12)
Lopez-Martinez L. X., & Garcia H. S. 2015. Chapter
39 – Processing of Corn (Maize) and Compositional Features. Science
Direck Processing and Impact on Active Components in Food . 329–336
Meiyanto E. 2008. Kuning (Cucurbita
moschata Durch). https://ccrcfarmasiugm.wordpress.com. Di akses. 29 april 2015
Pereira A., Maraschin M. 2015. Banana
(Musa spp) from peel to pulp :Ethnopharmacology, source of bioactive compounds
and its relevance for human health. Journal of Ethnopharmacology.
160:149–163
Ristek. 2000. Ttg Budidaya
Pertanian. Kantor deputi menegristek bidang pendayagunaan dan
pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi Gedung ii lantai 6 BPP teknologi,
Jakarta.
Roosda A. A., Waluyo B., Yulia E.,
Widiantini F., & Karuniawan A. 2014. Identifikasi Ketahanan Ubijalar
Lokal Terhadap Penyakit Kudis Sebagai Dasar Penentuan Tetua Persilangan.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi 2013.
Bogor. (561)
Rukmana C. H., Hamidah, & Wahyuni
D. K. 2014. Analisis Fenetik Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Brassica
oleracea Beserta 4 Varietasnya, B. juncea dan B.
chinensis Melalui Pendekatan Morfologi. J. Of Biological
Sciences. Vol 2:(1).
Suranto. 2009. Perkembangan iptek dan
sumbangannya Terhadap penanganan krisis pangan global (sebuah pendekatan
bioteknologi molekuler). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suranto (2008). Food Crisis and The Role
of Moleculer Biotechnology. Keynote Speaker ; ASPAC on ASET’2008.(Asia Pasific
Conference on Art, Science, Engineering and Technology. Solo; May 22, 2008
Suwanto. 2014. Studi Morfologi Dan Isozim
Pada Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Pada Lima Kabupaten Di
Provinsi Jawa Barat. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Setiawan B., Sulaeman A., Giraud D. W. & Driskell J. A. 2001 Carotenoid Content of Selected Indonesian
Fruits. Journal of Food
Composition and Analysis. Vol 14, Issue 2, 169–176
Simanjuntak. 2006. Pemanfaatan komoditas
non beras dalam diversifikasi pangan sumber kalori. J. penelitian bidang
pertanian. Vol. 4:(1) 45-54
Suarni & Yasin M. 2011. Jagung sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 1
Sita Hidriyah. 2012. Permasalahan
Pangan dan Peringatan Hari Pangan Sedunia Tahun 2012. Info Singkata
Hubungan Internasional Vol.
4: 20 (5)
Thompson A.K. 2011. 10 – Banana (Musa spp.). Science
direck. Postharvest Biology and Technology
of Tropical and Subtropical Fruits: Açai to Citrus.,
216–243, 244e
Wahyuni D. 2015. Studi Morfologi, Struktur
Serbuksari Dan Pola Pita Isozim (Ipomoea batatas) peroksidase. Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Widiyanti, Suranto & Sugiyarto. 2009.
Keragaman padi (oryza sativa) varietas rojolele Berdasarkan morfologi
biji dan pola pita isozimnya.