Sain dan Teknologi Sebagai Faktor Pembangun Produksi Pangan di Negara-Negara Berkembang

By Label: di
Oleh: 
                                                               IBNU HUSNI 
(Muhammad Eka Hidayatullah) 
Email: Ibnuhusni114@gmail.com

PENDAHULUAN 
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan suatuhal yang sangat penting, terutaman untuk Negara-negara berkembang, seperti Indonesia yang baru mulai mengembangkan teknologi dan ketahanan pangannya. IPTEK adalah pusat dari suatu pembangunan peradaban yang lebih maju, dimana di dalamnya, pengaplikasian IPTEK disegala bidang terutama bidang pertahanan dan keamanan pangan dapat dilakukan secara optimal dan efektif, sehingga, pada akhirnya berimpilikasi pada peningkatan taraf hidup suatu bangsa, di Negara-negara maju, seperti amerika, jepang, jerman, italia dan lain sebagainya, menjadikan IPTEK nomor satu. Hal ini meunjukan sebuah Negara tampa IPTEK tidak akan bisa berkembang apalagi bersatatus Negara maju. Sebuah Negara dikatakan maju jika Ilmu pengetahuan dan teknologinya maju dan mengalami peningkatan. 

Era global ini ilmu pengetahuan banyak sekali mengalami perubahan atau menglami proses transisi terutama perubahan paradigma, dari paradikma awal perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (Resource Base Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE) sebuah bangsa di ukur dari kekuatan pengembangan IPTEK sebagai faktor primer ekonomi pengganti modal, lahan, energi dalam rangaka meningkatkan daya saing dari Negara itu sendiri. Pembangunan ekonomi dalam suatu bangsa harus dilaksanakan sampai bidang yang mendasar yang diprioritaskan seperti bidang pangan, energi, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan dan keamanan serta kesehatan dan obat, dengan pengembangan IPTEK dan penbangunan IPTEK diharapkan akan dapat menigkatkan kesejahteraan dalam suatu bangsa, sesuai dengan amanat undang-undang Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia (2006).

Pertumbuhan Penduduk Yang Tinggi berimplikasi Terhadap Krisis Pangan Global 
Laju Pertumbuhan penduduk yang semakin tidak terkendali menjadi sebuah polemik tersendiri sehingga membuat kesenjangan atau ketidak sesuaian antara jumlah penduduk dengan produksi pangan. Semakin tidak terkontrolnya populasi penduduk di suatu Negara manjadikan konsusmsi pangan semakin meningkat sehingga hasil produksi tidak dapat menopang konsumsi masyarakat. Pertumbuhan penduduk di Negara berkembang menunjukan angaka sangat tinggi, bahkan di perkirakan mencapai lebih dari setengan miliar manusia di cina pada tahun 2030, demikian juga di Negara seperti Pakistan dan india menyumbangkan angka yang cukup tinggi pula, sedangkan Indonesia peningkatan penduduknya di proyeksikan akan mencapai 307 juta jiwa. Angka pertumbuhan penduduk seperti ini sangat memprihatinkan jika tidak di topang oleh produksi pangan yang melimpah. Namun disisi lain peningkatan penduduk di Negara-negara berkembang menunjukan pola peningkatan yang cukup sedikit di banding dengan Negara berkembang bahkan ada yang menunjukan angka yang minus. (Suranto, 2009). 

Selain itu Negara-negara asia yang mengalami krisis pangan tetap bertambah, karena kurangnya penopang untuk meminimalisir keadaan terburuk krisis pangan, menurut KAU,SPI,WALHI, (2011) Negara asia yang mengalami krisis pangan sudah mencapai 25 negara, terutama yang begitu parah adalah banglades, srilangka, Pakistan dan Indonesia, Negara-negara ini adalah Negara pengimpor yang belanja domesik untuk inpor pangan melebihi 50%. Sementara, studi gugus Millenium Development Goals menyebut bahwa 80% penderita kelaparan adalah rakyat pedesaan, yang separuh di antaranya bekerja sebagai petani kecil, Krisis panjang di sektor pertanian telah mendorong 200.000 petani kecil di India bunuh diri sejak tahun 1996. Dampak dari krisis pangan sangat besar, karena berimplikasi langsung pada masyarakat dan petani kecil. Dengan keadaan seperti ini di harapkan perkembangan global dalam IPTEK mampu mengatasi kelaparan di Negara-negara asia khususnya persoalan krisis pangan yang menjadi sumber malapetaka bagi dunia internasional.

Aplikasi Teknologi Terhadap Ketahan Pangan Global
IPTEK Dan Manusia (SDM) Suatu Negara sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan Negara bisa dikatakan maju jika ilmu dan teknologinya juga maju. IPTEK memberikan kontribusi besar dalam pengembangan suatu Negara. Banyak orang yang mengatakan kemanjuan oleh Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menggser budaya dan kearivan local suatu bangsa, ini adalah anggapan yang sangat salah, terbukti banyak Negara yang memiliki ilmu dan teknologi maju tapi tidak pernah melupakan kearifan lokalnya, contoh adalah jepang, meski memiliki kemajuan ilmu dan teknologi tapi tidak membuat mereka melupakan budaya kimono, sebagai budaya kebanggan dan identitas dari negaranya, begitu jugan dengan Negara-negara lain seperti , india dengan sungai gangganya, jerman dengan water front city, sebuah konsep pengebangan kota modern berbasis suangai. Pemanfaatan IPTEK dapat menjadi tumpuan harapan bagi pengembangan pangan dinegara berkembang sehingga dapat berkontribusi pada ketahana pangan global. Pengembangan pangan yang berbasis teknologi tidak bisa dilakasanakan tanpa adanya manusia atau sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikanya, keahlian-keahlian ini sangat di butuhkan sehingga aplikasi-aplikasi IPTEK dalam bidang pangan dapat berjalan dengan efektif dan memberikan hasil yang maksimal. Manusia adalah insan yang berbudi luhur inilah kenapa manusia di bedakan dengan mahluk lainya karena manusia dapat menciptakan karya besar lewat teknologi termasuk dalam bidang pangan (Suranto, 2014).


Negara-Negara Dengan Tanaman Trangenik. 
Hasil laporan yang dirilis oleh International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications (ISAAA), tahun 2014. Luas lahan tanaman boteknologi mencapai 181,5 juta hektar di seluruh dunia dan di tambah dengan banglades dan total Negara bioteknologi sudah mencapai 28 negara selama 2013. Sejak 1996, lebih dari 10 jenis tanaman biotek pangan dan serat, seperti jagung, kacang kedelai dan kapas, hingga buah-buahan dan sayuran seperti pepaya, terong, dan yang terbaru, kentang, telah disahkan dan diperdagangkan di seluruh dunia. Tanama-tanaman trangenik ini memberikan prospek yang sangat bagus karena mampu toleransi terhadap kekeringan, resistensi terhadap hama dan penyakit, toleransi herbisida, dan nutrisi dan kualitas makanan yang meningkat. 

Mengacu pada laporan yang dirilis oleh International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications (ISAAA), Amerika memiliki lahan bitek hingga 73,1 juta hektar. Menjadi Negara paling banyak menanam tanaman bioteknologi. Selain itu ngara kecil seperti dan termiskin seperti banglades telah mengesahkan tanaman biotek Bt brinjal/terong pada Oktober 2013 dengan ini banglades membuka peluang ekonomi bagi para petani miskin. Pengesahan lain DI AS, tanaman kentang Innate™ disahkan pada November 2014. Kentang Innate mengurangi produksi akrilamida, karsinogen potensial, ketika kentang dimasak pada suhu tinggi. Selain itu, kentang ini juga meningkatkan kepuasan konsumen saat terjadinya kemungkinan kehilangan panen hingga 40 persen. Di asia Dua negara Asia, Tiongkok dan India, menjadi negara-negara berkembang yang terdepan di dalam pengembangan tanaman biotek, dengan luas lahan masing-masing mencapai 3,9 juta hektar dan 11,6 juta hektar pada 2014. Vietnam dan Indonesia telah mendapatkan pengesahan untuk komersialisasi tanaman biotek mulai tahun 2015. Pengesahan ini termasuk varietas hibrida tanaman jagung biotek untuk impor dan penanaman di Vietnam dan tanaman tebu yang toleran terhadap kekeringan di Indonesia (Prawir, 2015)

Pustaka Acuan
Prawir. 2015. Tanaman Biotek Menunjukkan Peningkatan Signifikan pada 2014. Antaranews.
Kementerian Negara-Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2006. Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Buku pitih. KAU,SPI,WALHI. 2011. Krisis Harga Pangan, Spekulasi, Dan G-20.
Suranto. 2009. Perkembangan IPTEK dan sumbangannya Terhadap penanganan krisis pangan global (sebuah pendekatan bioteknologi molekuler). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suranto, 2009. Perkembangan Biologi Terkini Dari Tinjauan Molekuler Global. Seminar Nasional Pendidikan Biologi
Suranto. 2014. Akulturasi sains, teknologi dan budaya unrtuk peningkatan kualitas pendidikan berbasis kearifan local. Florae. Vol. 1(1)10

Posting Komentar

Back to Top